Tikus Dapat Berkembang Menjadi Raksasa
Tikus Dapat Berkembang Menjadi Raksasa | Perkembangan lingkungan memungkinkan hewan kecil seperti tikus bisa tumbuh lebih besar dari ukuran saat ini. Peneliti Leicester University mengatakan, tikus bahkan bisa bertumbuh hingga seukuran sapi. Blog ini tentang Informasi Unik dan Menarik
Dilansir Daily Mail, Selasa 4 Febuari 2014, peneliti Jan Zalasiewicz memprediksi tikus dapat tumbuh menjadi raksasa dengan dukungan kapasitas lingkungan dan mengambil keuntungan dari punahnya mamalia lain.
"Hewan akan berkembang dari waktu ke waktu, dalam wujud apapun yang akan memungkinkan mereka untuk bertahan hidup, berevolusi, dan menghasilkan keturunan," kata Zalasiewicz, geolog University of Leicester.
Ia mencontohkan, pada periode Cretaceous, periode di mana hewan purba dinosaurus hidup, sudah berkembang mamalia namun ukurannya sangat kecil jika dibandingkan dinosaurus.
Hewan purba itu menempati ruang ekologi yang lebih besar. Dan, menurutnya jika hewan besar lain semakin punah, kondisi itu akan menguntungkan tikus untuk tumbuh lebih besar.
Apalagi, sambung Zalasiewicz, tikus tergolong hewan yang mampu hidup dan beradaptasi di berbagai tempat di seluruh dunia.
"Mengingat waktu yang masih cukup, tikus mungkin saja bisa tumbuh kian besar seperti capybara, hewan pengerat terbesar di dunia yang hidup hari ini, bobotnya dapat mencapai 80 kilogram," ujarnya.
Bahkan, sang peneliti menunjukkan kemungkinan tikus bisa tumbuh lebih besar lagi, mencapai seukuran sapi.
Hal itu berdasarkan ukuran hewan pengerat terbesar yang pernah ada dan telah punah, Josephoartegasia monesi. Hewan punah yang hidup tiga juta tahun lalu itu lebih besar dari banteng dengan bobot lebih dari satu ton. Sementara terdapat capybara yang seukuran domba pada masa modern hidup di Amerika Selatan.
Kenyataan itu membuat Zalasiewicz yakin tikus ada kesempatan tumbuh lebih besar lagi.
Dengan memanfaatkan kekosongan ekologi akibat punahnya beberapa spesies hewan, tikus mengambil keuntungan itu. Fenomena ini dinamakan gigantism.
Gigantism merupakan respons evolusioner yang terjadi pada mahluk kecil untuk memanfaatkan relung ekologi yang ditinggalkan oleh spesies yang lebih besar.
Fenomena gigantism menurutnya telah terjadi sejak 50 juta tahun lalu. Disebutkan nenek moyang paus biru berjuta-juta tahun lalu hanya seukuran serigala.
"Hewan dapat berkembang ke ukuran yang lebih kecil serta lebih besar. Ini tergantung pada keadaan mereka sendiri, tekanan selektif pada mereka, serta lingkungan di sekitarnya," jelas Zalasiewicz.
Dengan skema itu, dia memperkirakan akan terdapat banyak tipe tikus di masa depan, misalnya tikus gemuk, tikus lambat dan berat, tikus ganas dan cepat sampai tikus air. (teknologi.news.viva.)
Dilansir Daily Mail, Selasa 4 Febuari 2014, peneliti Jan Zalasiewicz memprediksi tikus dapat tumbuh menjadi raksasa dengan dukungan kapasitas lingkungan dan mengambil keuntungan dari punahnya mamalia lain.
"Hewan akan berkembang dari waktu ke waktu, dalam wujud apapun yang akan memungkinkan mereka untuk bertahan hidup, berevolusi, dan menghasilkan keturunan," kata Zalasiewicz, geolog University of Leicester.
Ia mencontohkan, pada periode Cretaceous, periode di mana hewan purba dinosaurus hidup, sudah berkembang mamalia namun ukurannya sangat kecil jika dibandingkan dinosaurus.
Hewan purba itu menempati ruang ekologi yang lebih besar. Dan, menurutnya jika hewan besar lain semakin punah, kondisi itu akan menguntungkan tikus untuk tumbuh lebih besar.
Apalagi, sambung Zalasiewicz, tikus tergolong hewan yang mampu hidup dan beradaptasi di berbagai tempat di seluruh dunia.
"Mengingat waktu yang masih cukup, tikus mungkin saja bisa tumbuh kian besar seperti capybara, hewan pengerat terbesar di dunia yang hidup hari ini, bobotnya dapat mencapai 80 kilogram," ujarnya.
Bahkan, sang peneliti menunjukkan kemungkinan tikus bisa tumbuh lebih besar lagi, mencapai seukuran sapi.
Hal itu berdasarkan ukuran hewan pengerat terbesar yang pernah ada dan telah punah, Josephoartegasia monesi. Hewan punah yang hidup tiga juta tahun lalu itu lebih besar dari banteng dengan bobot lebih dari satu ton. Sementara terdapat capybara yang seukuran domba pada masa modern hidup di Amerika Selatan.
Kenyataan itu membuat Zalasiewicz yakin tikus ada kesempatan tumbuh lebih besar lagi.
Dengan memanfaatkan kekosongan ekologi akibat punahnya beberapa spesies hewan, tikus mengambil keuntungan itu. Fenomena ini dinamakan gigantism.
Gigantism merupakan respons evolusioner yang terjadi pada mahluk kecil untuk memanfaatkan relung ekologi yang ditinggalkan oleh spesies yang lebih besar.
Fenomena gigantism menurutnya telah terjadi sejak 50 juta tahun lalu. Disebutkan nenek moyang paus biru berjuta-juta tahun lalu hanya seukuran serigala.
"Hewan dapat berkembang ke ukuran yang lebih kecil serta lebih besar. Ini tergantung pada keadaan mereka sendiri, tekanan selektif pada mereka, serta lingkungan di sekitarnya," jelas Zalasiewicz.
Dengan skema itu, dia memperkirakan akan terdapat banyak tipe tikus di masa depan, misalnya tikus gemuk, tikus lambat dan berat, tikus ganas dan cepat sampai tikus air. (teknologi.news.viva.)